Madinah

.......................

Mekah

.....................

Bertaubatlah

Ajal tidaklah menunggu kita untuk bertaubat, tetapi kitalah yang menunggu ajal dengan bertaubat.

ADAB MENUNTUT ILMU

Akan aku jelajahi semua negeri untuk mencari ilmu, atau aku akan mati sebagai orang asing, jika diriku harus mati. Aku tidak menyesal karena ALLAH pasti merahmati aku, Tetapi jika selamat, Aku akan segera kembali.

Senin, 28 November 2011

Pengadilan Pemimpin


Pemimpin dan Pengadilan Rakyat.

Bahan Kuliah Etika dan Filsafat Adm. Negara.

Sugeng Rusmiwari
081 334 995 112

Pemilihan umum bias dikatakan sebagai pengadilan.
Pemilu adalah pengadilan politik bagi pemimpin: apakah masih pantas dipertahankan atau tidak.
Tentu pngertian itu hanya berlaku di nagara demokrasi, di mana ada kebebasan rakyat untuk mengekspresikan haknya, hak untuk memilih dan dipilih, hak berpolitik.
Hak memilih atau partisipasi politik merupakan konsep sentrak dalam demokrasi.

Sumber: Tajuk Rencana Kompas, 26 Oktober 2011, h. 6.

Bahan Kuliah Etika dan Fils. Adm. Neg. Sistem Pemilu

Bahan Kuliah Etika dan Filsafat Adm. Negara.

Sugeng Rusmiwari
081 334 995 112

Sistem Penilu

Sistem pemilihan umum masih menjadi perdebatan dikalangan partai politik, lembaga penelitian dan pakar.

Sebagian menganggap system proporsional dengan daftar tertutup itu ideal diadopsi karena lebih sederhana dan mempermudah evaluasi kinerja partai politik. Hal itu disampaikan peneliti Centre form Strategic and International Studies (CSIS), Philips J Vermonte.

Pengalaman penerapan system proporsional terbuka pada Pemilu 2009 menjadi pertimbangan CSIS dalam mengusulkan penggunaan system proporsional tertutup pada 2014. Menurut dia, system proporsional terbuka telah menimbulkan persaingan antar calon anggota legislative (caleg) dari partai yang sama.
Metode penetapan caleg terpilih dengan suara terbanyak itupun mengakibatkan pemilu berbiaya tinggi  dan praktek politik uang.  Kondisi itulah yang diyakini mendorong praktik korupsi Karena caleg memerlukan pembiayaan untuk kampanye.

Sumber: Kompas 26 Oktober 2011, h. 4.

Bahan Kuliah Etika & Fils. Adm. Neg. Pemilih Loyal


BERBAHAGIALAH KADER  PARTAI

Sugeng Rusmiwari
081 334 995 112

Sebanyak 81,99% pemilih Indonesia ternyata bukan pemilih loyal.

Artinya untuk pemilihan umum 2014, berdasarkan hasil survey yang dilakukan Reform Institute terhadap 2010 responden di 33 provinsi, hanya 18,01 % responden yang akan tetap memilih partai politik pilihannya pada pemili 2009.

Tingkat Loyalitas Pemilih Berdasarkan pilihan parpol (2011)
PKS                        = 36,96%
PKB                        = 27,66%
Golkar                   = 24,93%
PAN                       = 24, 59%
PDI-P                     = 23,49%
PPP                        = 15,28%
Hanura                 = 18,52%
Gerindra              = 17,19%
Demokrat            = 12,21%

Apa alas an mereka ?
34,08%, responden menyatakan parpol tidak member manfaat langsung bagi mereka.
27,91%, responden menyatakan mengahayati manfaat praktis, seperti mendapat bahan kebutuhan pokon dan sumbangan lain saat pemilu, pilpres, atau pilkada.

Sumber:  Kompas 26 Oktober 2011, h. 4.


Jumat, 25 November 2011

Bhn.Kul.Etik.dan Fil.Adm. Neg.Pemimpin Muda


PARADIGMA PEMIMPIN MUDA

Bahan Kuliah Etika dan Filsafat Adm. Negara, Pemimpin Muda

Sugeng Rusmiwari
081 334 995 112

Twedy Noviandy, Ketua Presidium Gerakan Mahsiswa Nasional Indonesia, mengingatkan, calon pemimpin dari kaum muda harus mau merebut hati rakyat karena pada akhirnya, suara rakyatlah yang menentukan.
Kaum muda bias belajar darai para pendiri bangsa, seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, atau Soedirman, yang berjuang sejak muda untuk mendirikan Republik Indonesia.

Ray Rangkuti, Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima), bahwa “kebutuhan pemimpin muda bukan saja untuk memecah kebuntuan regenerasi, tetapi juga memperkuat demokrasi. Sistem Demokrasi membutuhkan generasi yang berpandangan terbuka, dinamis, pluralis, jujur, dan tranparan. Semua karakter itu cenderung melekat pada generasi muda dari pada generasi tua.

Saat ini muncul wacana pemimpin muda untuk Pemilu Presiden 2014. Menurut Wakil Ketua DPR Pramono Anung, hal ini bagian dari Demokrasi sehingga tidak perlu dilarang.

Sumber: Kompas, 26 Oktober 2011, h. 2.
  

Bahan Kuliah Et.dan Fil. Adm. Neg. Pemim.yg Ideal


PEMIMPIN YANG IDEAL DARI KALANGAN MUDA

Bahan Kuliah
Etika dan Filsfat Adm. Negara. Pemimpin Yang Ideal

Sugeng Rusmiwari
081 334 995 112

Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Geakan Indonesia Raya (Gerindra), pemimpin yang ideal memang dari kalangan kaum muda karena lebih menjanjikan karakter yang dinamis, dan progresif.  Tentunya sosoknya harus bersih punya visi kebangsaan dan kerakyatan, mampu, dan berintegritas.

“Parpol sebagai kanal kemunculan pemimpin harus mau melakukan regenerasi  dan kaderisasi dengan mengambil para calon pemimpin dari dalam partai atau dari luar, seperti dari kalangan akademisi, intelektual, atau lembaga swadaya masyarakat. Harus ada dobrakan”.

Sumber: Kompas, 26 Oktober 2011, h 2

Bahan Kuliah Etika dan Filsafat Adm. Negara Kader Pemimpin

SIAPKAN KADER JADI PEMIMPIN

Bahan Kuliah Etika dan Filsafat Adm. Negara.

Sugeng Rusmiwari
081 334 995 112

BELAJARLAH DARI PENDIRI BANGSA

Partai politik harus dipaksa mempersiapkan kader yang memiliki kapasitas dan layak untuk memimpin bangsa. Pemaksaan ini perlu dilakukan karena selama ini proses kaderisasi partai politik mandek sehingga regenerasi kepemimpinan nasional juga sulit terjadi.

“Sekarang ini jangan berharap partai menyiapkan (kader untuk kepemimpinan nasional). Partai harus dipaksa”, kata peneliti senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, di Jakarta, Selasa 25/10/2011.

Kader yang dimaksud Kristiadi bukan hanya sebatas usianya yang harus muda, melainkan juga kemampuan dalam memimpin bangsa.

Calon pemimpin juga harus memiliki semangat tinggi, integritas, dan rekam jejak yang baik.

“Untuk mendapatkan criteria itu tidak bias dilakukan secara tiba-tiba. Harus dididik, benar-benar disiapkan”, ujarnya.

Sudah semestinya parpol menanamkan nilai-nilai yang baik dan keteladanan tingkah laku yang baik.

 Jika parpol gagal menyiapkan calon pemimpin bangsa, kalangan masyarakat sipil harus mengambil alih peran parpol. Masyarakat sipil harus mencari dan menyiapkan tokoh-tokoh yang layak memimpin bangsa.

Sumber: Kompas, 26 Oktober 2011, h.2.